Rabu, 04 Maret 2009

Rumah BERNAMA, hiihh...

Saya dikagetkan dengan sebuah buku yang tidak aya sengaja dapatkan di rumah. Buku tersebut tidak tahu jelasnya kepunyaan siapa dan sudah berapa lama sudah ada di rumah saya. Judul bukunya tidak akan saya tuliskan disini tapi saya yakin buat beberapa orang pasti sudah bias menebak buku yang dimaksud. Di buku itu dituliskan tentang sebuah klub telanjang. Klub yang berada di ibukota Indonesia itu terkenal dengan wanita-wanita yang termasuk whore kelas atas yang biasa dibayar 1-3 jutaan, (buku ini ditulis sekitar tahun 2001). Dan tentu saja dengan telanjang. Yang lebih mengagetkn lagi (buat saya), klub ini sangat terselubung, sehingga yang bias memasukinya hanya member saja. Itu juga hanya orangorang yang terseleksi saja. Tentu saja untuk menjadi member tersebut tidak dengan dompet yang tipis, minimal sekitar 50 jutaan untuk menjadi member selama 6 bulanan (saya ingatkan lagi ini tahun 2001-an, dimana belum ada krisis global). Damn. Duit segitu hanya untuk bias ngeliat orang-orang telanjang doank? Live show-nya bokep? Tentu saja uang segitu sangat mudah bagi orang-orang berkendaraan BMW, Mercy, Range Rover, Volvo. Gosh.. Am I Right? Apa menjadi kepuasan untuk laki-laki yang bias melihat wanita telanjang, tanpa basa-basi langsung one nite stand dengan perempuan yang mungkin tidak saling tahu namanya siapa, dan sudah itu harus membuka dompet untuk service 30 menit? Emang susah punya uang banyak, bingung mau buat apa. Tapi, karena saya bukan laki-laki asya tidak tahu kepuasan apa yang mereka cari. Hal yang tidak mereka dapatkan di rumah mereka. Hal yang terlewat oleh istri mereka. Ya udah la ya, Mereka punya kehidupan masing-masing, tidak hanya laki-laki yang ketagihan, tetapi banyak juga wanita yang mengaku just for fun with one nite stand. Haduuh.. bukan buku yang jorok sih sebenarnya. Tapi membangkitkan birahi, haha. Nggak juga, yaa buku yang bagus walau saya telat membacanya.
Membuat harus lebih banyak lagi melihat fakta di sekeliling saya. Seperti, setelah beberapa tahun yang lalu saya baru tahu kalau “Rumah Bernama” (rumah yang punya nama, punya plang) di dekat bekas SD saya di daerah Jl. Rajawali ternyata adalah rumah border. Nggak aneh saya sering meliha banyak mobil mewah terparkir di depannya, padahal rumahnya jelek banget. Dan sering terlihat foto-foto di selipkan di meja yang dilapisi kaca. Saya waktu SD sering melewati rumah tersebut, karena penasaran, saya melihat ke sebuah jendela yang terlihat banyak wanita-wanita yang saya kira mungkin calon artis, Karen make up dan dandanan mereka yang tidak lazim. Baru beberapa tahun kemudian saya tahu dan tidak berani untuk lewat ke depan rumah tersebut lagi, waktu itu saya takut diculik lalu dijual kayak yang ada di berita-berita. Hehehe. Tidak hanya wanita, tapi ada juga pria-nya. Yang dengan wajah yang lumayan sering nongkrong di depan rumah tersebut. Yang dulu saya sangka sangat anak mami, karena tiap hari selalu di antar jemput oleh ibunya (atau kakaknya) dari rumah tersebut. Yang akhirnya saya harus menelan ludah saat saya diceritakan oleh teman saya yang sudah lebih dewasa waktu itu (kampret! Apa sex edu yang diketahui bocah kelas 5 SD sudah bias dibilang dewasa?). sampai sekarang Rumah Bernama itu masih ada, tiap hari saya lewat situ, sambil terus bertanya dan berharap, kapan rumah ini akan digusur dengan berlariannya wanita dan pria yang sedang telanjang keluar dari rumah itu?? Hhe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar