pernah melihat iklan pendidikan yang memberitahukan sekolah gratis?
ada dialog yang mengatakan. bapaknya boleh menjadi loper koran, tapi anaknya bisa menjadi wartawan. otak saya langsung berpikir cepat. apakah sekarang wartawan menjadi salah satu pekerjaan yang bisa dikategorikan sebagai cita-cita?apakah sekarang wartawan sama dengan yang namanya polisi, dokter, pengacara bahkan atlit? kalau saya pikir-pikir, berbeda. polisi, dokter dll harus melalui jalan yang sangat sulit untuk bisa menjadi profesi tersebut. sedangkan untuk jadi wartawan, saya kira siapa saja bisa menjadi wartawan. jika polisi, dokter dll ada pendidikannya, pelatihannya, surat izinnya, bahkan sampai disumpah. apa wartawan juga melakukan hal seperti itu? saya nggak tahu tapi aneh juga melihat pekerjaan wartawan saat ini (bukan bermaksud mencela sapa-sapa, apalagi saya sebenarnya pengen jadi wartawan juga, heuu). ada yang menyimpang, mungkin bisa dikatakan wartawan bodrex atau wartawan amplop, yaitu wartawan yang menerima amplop dari narasumber untuk menaikkan nilai beritanya, atau bahkan wartawan itu sendiri yang meminta amplop (tentu saja dalam amplop tersebut sudah ada uangnya) kepada narasumber, alias pemerasan. dosen saya pernah beberapa kali bercerita tentang beberapa wartawan yang meminta amplop seusai wawancara. atau bahkan dalam satu event tertentu ada yang dikenal sebagai calo wartawan yang mengejar2 dosen saya untuk memberikan list nama yang isinya nama-nama wartawan semua untuk diberikan amplop. karena dosen saya memang sudah kenal dengan wartawan-wartawan "beneran", tentu saja dosen saya menolak mentah-mentah karena memang tidak kenal juga kepada orang yang mengejar-ngejarnya. mungkin itu salah satu wartawan yang disebut menyimpang.
sebenarnya apa sih pekerjaan wartawan? mencari berita? menginformasikannya pada publik? mengungkapkan kebenaran? atau bahkan memberi pertanggungjawaban ke pemred? menjadi wartawan memang banyak sekali keuntungannya, selain nambah pengetahuan, dapat honor, tapi bisa juga jalan-jalan ke luar negeri, bisa masuk ke beberapa event tertentu dengan gratis, juga bisa menanyakan apa saja kepada siapa saja.
yang jadi pertanyaan adalah, kenapa sih orang-orang/narasumber seolah-olah mempunyai kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari wartawan? "ya emang dari sananya lah.." ketika saya tanya hal itu kepada teman saya. mengapa kita tidak bisa menolak jika diberi pertanyaan oleh wartawan?apakah merupakan kewajiban saya juga untuk menjawab pertanyaan itu untuk ikut bekerjasama dalam memberi informasi terhadap publik?mungkin ini salah satu kebebasan pers.
kembali lagi ke wartawan adalah sebuah profesi, dulu cuma satu-satunya pendidikan yang mengajarkan tentang kewartawanan, yaitu JURNALISTIK. tapi sekarang? di beberapa media, kebanyakan bukan termasuk lulusan dari jurnalistik. artinya, siapa-pun bisa menjadi seorang wartawan. disadari atau tidak, makin banyak citizen journalist yang merupakan masyarakat biasa, tapi mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi kepada publik.
jadi, masih mau jadi wartawan? saingannya banyak lho, bukan hanya dari satu jurusan. kalau saya? saya masih mau, ikut dibawa mengalir oleh yang namanya drama kehidupan.
ada dialog yang mengatakan. bapaknya boleh menjadi loper koran, tapi anaknya bisa menjadi wartawan. otak saya langsung berpikir cepat. apakah sekarang wartawan menjadi salah satu pekerjaan yang bisa dikategorikan sebagai cita-cita?apakah sekarang wartawan sama dengan yang namanya polisi, dokter, pengacara bahkan atlit? kalau saya pikir-pikir, berbeda. polisi, dokter dll harus melalui jalan yang sangat sulit untuk bisa menjadi profesi tersebut. sedangkan untuk jadi wartawan, saya kira siapa saja bisa menjadi wartawan. jika polisi, dokter dll ada pendidikannya, pelatihannya, surat izinnya, bahkan sampai disumpah. apa wartawan juga melakukan hal seperti itu? saya nggak tahu tapi aneh juga melihat pekerjaan wartawan saat ini (bukan bermaksud mencela sapa-sapa, apalagi saya sebenarnya pengen jadi wartawan juga, heuu). ada yang menyimpang, mungkin bisa dikatakan wartawan bodrex atau wartawan amplop, yaitu wartawan yang menerima amplop dari narasumber untuk menaikkan nilai beritanya, atau bahkan wartawan itu sendiri yang meminta amplop (tentu saja dalam amplop tersebut sudah ada uangnya) kepada narasumber, alias pemerasan. dosen saya pernah beberapa kali bercerita tentang beberapa wartawan yang meminta amplop seusai wawancara. atau bahkan dalam satu event tertentu ada yang dikenal sebagai calo wartawan yang mengejar2 dosen saya untuk memberikan list nama yang isinya nama-nama wartawan semua untuk diberikan amplop. karena dosen saya memang sudah kenal dengan wartawan-wartawan "beneran", tentu saja dosen saya menolak mentah-mentah karena memang tidak kenal juga kepada orang yang mengejar-ngejarnya. mungkin itu salah satu wartawan yang disebut menyimpang.
sebenarnya apa sih pekerjaan wartawan? mencari berita? menginformasikannya pada publik? mengungkapkan kebenaran? atau bahkan memberi pertanggungjawaban ke pemred? menjadi wartawan memang banyak sekali keuntungannya, selain nambah pengetahuan, dapat honor, tapi bisa juga jalan-jalan ke luar negeri, bisa masuk ke beberapa event tertentu dengan gratis, juga bisa menanyakan apa saja kepada siapa saja.
yang jadi pertanyaan adalah, kenapa sih orang-orang/narasumber seolah-olah mempunyai kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari wartawan? "ya emang dari sananya lah.." ketika saya tanya hal itu kepada teman saya. mengapa kita tidak bisa menolak jika diberi pertanyaan oleh wartawan?apakah merupakan kewajiban saya juga untuk menjawab pertanyaan itu untuk ikut bekerjasama dalam memberi informasi terhadap publik?mungkin ini salah satu kebebasan pers.
kembali lagi ke wartawan adalah sebuah profesi, dulu cuma satu-satunya pendidikan yang mengajarkan tentang kewartawanan, yaitu JURNALISTIK. tapi sekarang? di beberapa media, kebanyakan bukan termasuk lulusan dari jurnalistik. artinya, siapa-pun bisa menjadi seorang wartawan. disadari atau tidak, makin banyak citizen journalist yang merupakan masyarakat biasa, tapi mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi kepada publik.
jadi, masih mau jadi wartawan? saingannya banyak lho, bukan hanya dari satu jurusan. kalau saya? saya masih mau, ikut dibawa mengalir oleh yang namanya drama kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar